Jumat, 30 November 2012

Kelebihan dan Kekurangan Investasi Rumah Sewa

Menyewakan rumah adalaha salah satu investasi yang banyak dilakukan orang. Tingkat permintaan dan keuntungan yang tinggi menjadi faktor penyebab jenis investasi ini banyak dipilih investor. Kendati demikian ada pula kekurangan jenis investasi ini yang perlu diperhatikan agar investor tidak merugi.

Kelebihan
Rumah sewa memiliki tingkat permintaan (demand) yang tinggi, terutama di kawasan-kawasan yang tengah berkembang (growth center), yakni kawasan yang berdekatan dengan akses tol, trade center, shopping mall, persimpangan jalan-jalan utama, terminal, dan lain-lain.

Bisa juga memilih rumah di dekat perumahan-perumahan besar. Biasanya di sekitar lokasi tersebut akan tercipta demand pusat perbelanjaan, pendidikan, dan pelayanan kesehatan—yang akan menjadi pemicu permintaan rumah-rumah sewa.

Di sisi lain, capital gain dapat diperoleh dalam jangka panjang (lebih dari lima tahun). Biasanya, capital gain rumah sewa secara rata-rata lebih tinggi dari tanah kosong. Pasalnya, rumah sewa memiliki manfaat langsung, tidak seperti lahan kosong yang hanya memiliki manfaat tak langsung.

Apabila setelah lima tahun investor memutuskan untuk tidak menjualnya, sebaiknya rumah tersebut disewakan. Biasanya harga sewa per tahun (return) berkisar 5% dari harga rumah. Misalnya harga rumah Rp600 juta disewakan Rp30 juta per tahun.

Setahun kemudian, bila keadaan ekonomi stabil, harga sewa bisa dinaikkan sekitar 10% – 15%, tergantung pada kondisi lingkungan rumah tersebut berada. Jika di kawasan tersebut tidak banyak rumah yang kosong, maka kenaikan nilai sewa bisa mencapai 15% atau sekitar Rp45 juta per tahun.

Kekurangan
Salah satu kekurangan investasi rumah sewa adalah jangka waktu penyewaannya terbilang pendek, yakni hanya sekitar satu sampai dua tahun, tergantung kondisi dan lokasi rumah serta siapa penyewanya. Jika penyewanya adalah ekspatriat, biasanya rumah akan disewa dalam jangka waktu lebih panjang, antara dua hingga lima tahun.

Pemilik rumah juga harus benar-benar memilih penyewa yang baik. Kerap terjadi rumah yang disewakan cepat rusak ketika disewakan kepada penyewa yang kurang bertanggung jawab. Umumnya para penyewa merasa rumah tersebut bukan miliknya, sehingga mereka kurang menjaga kondisi dan kualitas bangunan rumah.

Jika dibandingkan dengan investasi ruko dan kios, capitalization rate (cap-rate) rumah sewa tergolong rendah (hanya 3% – 5%). Ini disebabkan rumah memiliki luas tanah yang jauh lebih besar dibanding bangunan, berbeda dengan ruko yang memiliki luas bangunan lebih besar dibanding luas tanah.

Di Indonesia, karena kenaikan harga tanah relatif lebih lambat dibanding kenaikan harga bangunan, membuat tingkat pengembalian (return) dari tanah lebih kecil.


(Anto Erawan/Rumah.com)

Selasa, 27 November 2012

Banjir Bisa Jadi Peluang Investasi

Banjir bisa jadi peluang investasi bagi investor yang jeli. Demikian menurut Presiden Ikatan Analis Properti Indonesia (IKAPRI) Benyamin Ginting.

Kawasan yang semula rawan banjir tetapi kemudian infrastrukturnya diperbaiki, nilainya akan naik kembali. “Sebagai contoh, kawasan Banjir Kanal Timur (BKT). Semula harga properti di kawasan itu stagnan, tetapi setelah ada BKT yang membuat kawasan tersebut bebas banjir, harga properti mulai naik kembali," tutur Benyamin.

Contoh lain yang diberikan Benyamin adalah daerah Kelapa Gading dulu merupakan langganan banjir, membuat harga properti di kawasan Jakarta Utara tersebut tidak kunjung naik. Ada sebagian investor yang menjadikan momentum tersebut sebagai waktu yang tepat untuk membeli. Apalagi, sebagian penghuni Kelapa Gading yang telah jenuh dengan banjir rela menjual rumah dengan harga miring.

“Investor yang jeli masih melihat peluang bahwa Kelapa Gading memiliki nilai bisnis yang tinggi, sehingga pasti infrastrukturnya akan dibenahi. Mereka ini sekarang telah menikmati capital gain dari properti yang dibelinya,” tegas Benyamin. "Sekarang sudah memiliki infrastruktur drainase, sehingga banjir berkurang, dan harga properti naik signifikan," tambahnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi Jakarta akan dilanda banjir di bulan Januari 2012. Memang Jakarta adalah salah satu kawasan rawan banjir, terutama saat siklus banjir lima tahunan. Problem banjir, bukan saja memengaruhi sektor bisnis, termasuk properti.

“Banjir tentu memengaruhi bisnis properti, selain properti rusak terendam, banjir juga terkait pencitraan suatu kawasan,” kata Benyamin Ginting, yang mengatakan nilai properti di kawasan langganan banjir akan sulit bertumbuh. Jika tidak ada upaya dari pemerintah untuk mengentaskan banjir di kawasan tersebut, tambahnya, maka nilai properti tak akan tumbuh, bahkan cenderung menurun.

(Rumah.com)

Jumat, 23 November 2012

RI Harus Dorong Investasi Demi Pertumbuhan Ekonomi

Motor pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini bukan hanya pada konsumsi domestik saja, tetapi juga dipengaruhi aktor investasi. Pasalnya, investasi juga dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan, pertumbuhan karena investasi pada tahun ini telah meningkat 32 persen dibandingkan tahun lalu. "Investasi yang baik, bisa menyumbang pertumbuhan 10 persen," jelas dia dalam acara Investor Awards 2012, di Hotel Four Seasons, Kuningan, Jakarta, Rabu (9/5/2012) malam.

Dia melanjutkan, beberapa tahun lalu, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia memang ditopang oleh konsumsi domestik. Namun, saat ini bukan hanya konsumsi domestik menunjang pertumbuhan ekonomi. "Sekarang investasi juga turut mempengaruhi," tegas Agus.

Dengan adanya pertumbuhan investasi, maka secara umum ekonomi Indonesia akan terus menguat. Dia menambahkan, rasio utang terhadap Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) yang turun dari 80 persen menjadi 25 persen, masih bisa ditekan dengan adanya investasi. "Akan terus turun jadi 22 persen, dan cadangan devisa saat ini USD110 miliar, bandingkan pada 2005 sebesar USD40 miliar," urai Agus.

Menurutnya, terus membaiknya kondisi ekonomi Indonesia tetap harus memperhatikan kondisi global saat ini. "Karena harga  minyak terus naik, dan Indonesia akan kena dampak ekonomi global," tutup Agus.

(Pebrianto Eko Wicaksono - Okezone)

Selasa, 20 November 2012

Pulpen Batu Giok Bisa Jadi Ladang Investasi

Dunia investasi sangat marak saat ini, bukan hanya tanah atau emas, pulpen juga dijadikan masyarakat sebagai ladang investasi.

Adalah pulpen Graf von Faber-Castell yang diproduksi terbatas yaang harganya mencapai Rp50 juta. Pulpen ini hanya diproduksi 1.000-2.000 pieces per tahunnya dengan ide dan desain berbeda.

Pulpen milik Faber-Castell yang diberi tema Pen Of The Year ini pun ternyata dilapisi emas. Pada 2011 ini, telah diluncurkan pulpen yang terbuat dari bahan batu giok, dengan delapan sisi batu giok di sisinya.

"Untuk Pen Of The Year 2011 kita jual dengan harga Rp50 juta, ini generasi ke-8. Untuk konsumen collector juga ada yang mereka simpan untuk investasi," ujar Brand Manager Graf von Faber-Castell Fransiska Remila ketika berbincang dengan okezone, di kantornya, Jakarta, Selasa (29/11/2011).

Lebih lanjut, dia menjelaskan pulpen in termasuk pulpen limited edition untuk investasi yang bisa dijual lagi dengan harga dua kali lipat.

"Kalau ada yang cari kita arahkan untuk investasi, ini kan limited edition. Nanti kalau ada yang cari lagi bisa dijual kembali," tambahnya.

Dia juga menjelaskan, mengapa pulpen tersebut terbuat dari batu giok karena merupakan simbol energi yang tidak terbatas. Diharapkan dengan adanya energi ini, Faber-Castell dapat bertahan dan terus maju.

(Idris Rusadi Putra - Okezone)

Jumat, 16 November 2012

Investor Lebih Berhati-hati Investasi di Luar Jawa

 Pengembangan investasi di luar Pulau Jawa perlu dirangsang oleh pemerintah. Pengamat ekonomi Aviliani mengungkapkan, seringkali para investor lebih berhati-hati untuk melakukan investasi di luar Pulau Jawa.

"Biasanya kalau investasi di luar Pulau Jawa jika bukan pemerintah yang mengadakan, orang tidak mau investasi. Karena investasi di luar Jawa pengembaliannya lebih lambat dibandingkan dengan investasi di Pulau Jawa," ungkapnya kepada Okezone, di Jakarta, Kamis (26/7/2012).

Aviliani melanjutkan, investasi tersebut awalnya harus dimasuki oleh kalangan pemerintah sehingga nantinya para pihak swasta pun akan tertarik untuk menanamkan investasinya di luar Pulau Jawa.

"Memang harus dimasuki oleh pemerintah dulu sehingga akan dibeli oleh swasta. Atau kalau enggak BUMN dulu nanti akan diikuti oleh swasta. Nah, ini yang tidak terjadi di kita," paparnya.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat jika realisasi penanaman modal di luar Jawa pada kuartal II-2012 sebesar Rp34,7 triliun. Jumlah ini menurun Rp1,6 triliun dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp33,1 triliun.

"Penurunan tersebut karena investor beralih dari sektor pertambangan dan perkebunan ke sektor manufaktur," kata Kepala BKPM Chatib Basri.

Menurut dia, turunnya harga komoditas membuat sektor-sektor tersebut beralih ke industri manufaktur. "Namanya reverse effect. Kalau semua turun itu pindah ke manufaktur," imbuhnya.

Sedangkan untuk investasi di Pulau Jawa tercatat mengalami peningkatan menjadi Rp42,2 triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp289 triliun.

(R Ghita Intan Permatasari - Okezone)

Selasa, 13 November 2012

Investasi Syariah Potensial Bagi Daerah

Bursa Efek Indonesia (BEI) menuturkan, investasi syariah sangat potensial sekarang ini, khususnya di daerah.

"Saat ini investasi syariah menjadi sesuatu yang menjanjikan apalagi untuk di daerah-daerah," ujar Direktur Pengembangan BEI Friderica Widyasari Dewi ketika ditemui dalam acara Sosialisasi Perkembangan Pasar Syariah di Galeri BEI, Jakarta, Selasa (6/12/2011).

Investasi syariah, menurutnya, memiliki pangsa pasar yang bagus untuk di daerah-daerah. "Pada saat saya melakukan edukasi ke daerah, pasti masyarakat menanyakan apa saja perusahaan yang sahamnya sudah syariah dan apakah mekanisme di BEI sudah syariah atau belum," imbuhnya.

Untuk mekanisme di BEI Friderica menambahkan, fatwa 80 dari DSN-MUI telah menyatakan halal setiap saham dengan prinsip syariah telah masuk ke DES (Daftar Efek Syariah). Sekedar informasi, saat ini terdapat 238 DES yang dapat dijadikan masyarakat yang ingin berinvestasi syariah.

Pangsa pasar investasi syariah memang masih kecil dan jauh dari investasi konvensional. "Tetapi investasi syariah memiliki potensi yang sangat menjanjikan," imbuhnya.

(Achmad Rifaie De Jong - Okezone)

Jumat, 09 November 2012

Infrastruktur Tak Tumbuh, Investasi Terancam Stagnan

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2012 berhasil mencatatkan hasil yang menggembirakan. Hal ini, lantaran tingginya ekspansi investasi yang terjadi.

Namun, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, tingginya investasi tersebut harus dapat dialihkan kepada pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan.

"Ekspansi investasi yang sangat tinggi ini, jika tidak dibarengi dengan pembangunan infrastruktur, terutama pelabuhan dan jalan-jalan, maka dia akan ngerem lagi," kata Hatta di kantornya, Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Rabu (8/8/2012).

Menurut Hatta, jika investasi tidak dialihkan pada pertumbuhan infrastruktur, bukan tidak mungkin malah akan menghambat pertumbuhan ekonomi, karena akan stuck sehingga membuat masyarakat frustasi.

"Jadi infrastruktur harus terus kita genjot. Ini salah satu yang mempercepat pertumbuhan ekonomi, dan kembali menjaga investasi kita tetap tinggi," ujar Hatta.

Lebih lanjut dia mengatakan, jika pertumbuhan infrastruktur terhambat, pasti investasi juga akan terhambat. "Karena perlu menunjang infrastruktur dalam negeri juga untuk jangka panjang," tukas Hatta.

(Fakhri Rezy - Okezone)